Friday, August 10, 2018

Puisi-puisi Antologi Puisi #1 Legion Sajak Indonesia



Senja Menarik, Cantik, Unik, dan Romantik
Karya :  Marthen Edison



Senja selalu menarik
Mainan kata sang pujangga, di helai demi helai lembar-lembar lontar
Senja selalu cantik
Mainan kuas sang pelukis di atas kanvas berbingkai kayu
Senja selalu unik
Mainan bidikan sang fotografer di balik tajamnya lensa fokus
Senja selalu antik
Mainan notasi lagu sang musikal dalam rhapsody di penghujung hari.
Senja selalu romantik
Mainan romantisisme kau dan aku

Kupang, 09 November 2016






Hujan, Banjir, dan Cinta
Karya : Marthen Edison



Hujan lagi
Jakarta banjir lagi
Pengungsi berlarian lagi,
menghindari hanyut timbul tenggelam

Kemarin mendungku,
hari ini hujanku
Dalam cinta tak kulari hindari banjir
Biar kuhanyut tenggelam, tak timbul lagi untuk cinta lain

Kupang, 20 Januari 2014 





Kembang-Kembang Flamboyan
Karya: Marthen Edison


Sepe sebutan saudaraku seibu untuknya
Flamboyan namanya

Termangu aku dibuatnya
Mekar kembang-kembang merahnya,
seraya mengundang libido kaum serangga

Flamboyan bukan sakura
Berbeda dalam wujud, aroma, kata, dan rasa
Flamboyan hanyalah bunga,
bagi siapa ia berguna.

Aku terpana,
kembang - kembang flamboyan menari berirama
Angin laksana generator tarian pemujaan mereka,
memuja Sang Pencipta,
kepada siapa semua insan patut berkarsa

Sayangnya,
waktu juga tak berpihak padanya
Kuntum demi kuntum flamboyan gugur jatuh ke pusara,
meninggalkan satu nama
Flamboyan namanya

Kupang, 2016

* Sepe = Flamboyan (bahasa Kupang,NTT) 





Ketika Listrik Padam
Karya : Marthen Edison


Gelap
Listrik padam
Lilin tak ada
Senter pun tak kutemukan
Untung ada pelita buatan kakek

Cahaya remang menerangi ruang sekelilingku
Hatiku tetap gelap gulita
Dimanakah kekasihku, cahayaku?
Pelitaku menunggu;
mubazir

“Putus!”
Kata terakhirmu
Sejak saat itu,
cintaku tiada pedulimu lagi
Padam sudah pelitaku tanpa cahayamu


Kupang, 07 November 2016 





Senja Adalah Kita
Karya :  Marthen Edison


Senja bukan akhir, bukan juga awal
Senja adalah batas
Mengakhiri siang, mengawali malam

Senja bukan terang, bukan pula gelap
Senja adalah pilihan
Menerangi jiwa, menggelapkan raga

Senja bukan merah, bukan kuning
Senja adalah lembayung
Memerahkan cinta, menguningkan cemburu

Senja bukan kamu, bukan aku
Senja adalah kita
Perpaduan kamu dan aku

Kupang, 03 November 2016 




Rimba Bumi Cendana
Karya : Marthen Edison


Di rimbamu aku berkelana,
diantara semak belukar pepohonan gersang aku mencari
Masih adakah tunas-tunas muda mencuat dari tanahmu?
Atau kuncup-kuncup bunga tropis rebutan serangga lapar?
Hanya embusan angin panas menyapa membakar kulit
Di manakah mata air surgaku?
Sudah tak terdengar lagi desaunya
Aku kering berdahaga

Rimba bumi cendana namamu
Pada dahan-dahanmu aku bergantung
Pada ranting-rantingmu aku menangis
Marmer dan mangan melukaimu
Menyebar kelaparan menyusu nanah kerakusan
Jelaga napasmu, debu riasanmu
Panggillah aku ke pangkuanmu;
menikmati kenangan hijaunya masa lalu,
menguping lagi riuhnya penghuni telaga bercanda
Sebelum kulihat dirimu terseok-seok,
perlahan tapi pasti:
Mati

Kupang, 2016



Dia Bukan Donut
Karya : Marthen Edison


Dia bukan donut hanya suka donut
Jangan panggil dia donut; kuakan cemberut

Dia cantik, mungil dan bulat;
seperti donut
Melihatnya hilanglah penat

Dia bukan donut
Dia adikku si pengurai kabel kusut,
pelahap donut
Dalam kasih kami terikat,
menyatu tertawa redalah sakit

Jangan panggil dia donut
Untuknya kicau burung gereja bersahut,
riuh bernyanyi mengkidungkan; dia bukan donut



Kupang, 27 Oktober 2016




Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Poetry Publisher lewat buku Kumpulan Puisi 'Legion Sajak Indonesia, Antologi Puisi #1', 2016. ISBN: 978-602-6240-84-2

No comments:

Post a Comment